Medan, Lewis-Kull -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan yang semakin meningkat setelah sejumlah sekutu Israel mulai mengkritik agresi terhadap Jalur Gaza Palestina yang dimulai sejak 7 Oktober lalu. Amerika Serikat, sebagai sekutu terdekat Israel, bahkan menyuarakan kritik paling tajam sejauh ini terhadap agresi militer tersebut.
Saat berkunjung ke India pada Jumat (10/11), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, secara terbuka mengecam agresi Israel ke Jalur Gaza. Dalam pernyataannya, ia menekankan pentingnya melindungi warga sipil di tengah eskalasi kekerasan yang semakin membabi buta.
Prancis, sebagai sekutu Israel, juga ikut mengkritik agresi militer Israel. Presiden Emmanuel Macron menuntut Israel untuk menghentikan serangan terhadap Gaza, menyatakan bahwa pengeboman dan pembunuhan warga sipil harus diakhiri.
Spanyol menunjukkan sikap kerasnya terhadap agresi Israel, dengan Menteri Sosial Spanyol, Ione Belarra, menyebut bahwa Israel tengah "merencanakan genosida" di Gaza. Belarra mendesak komunitas internasional untuk memberlakukan sanksi terhadap Israel.
Kritik global ini tidak hanya menciptakan tekanan politik tetapi juga memberikan dampak ekonomi. Produk-produk Israel mulai menjadi sasaran boikot di seluruh dunia sebagai bentuk protes terhadap agresi di Gaza.
Per Jumat (10/11), jumlah korban tewas akibat serangan Israel ke Jalur Gaza Palestina mencapai 11.078 orang, dengan lebih dari 4.500 korban anak-anak. Rumah sakit di Gaza menjadi target serangan, membuat sejumlah besar rumah sakit tidak beroperasi.
Serangan Israel ke Gaza menciptakan gelombang kritik global dan gerakan boikot terhadap produk-produk Israel. Netanyahu dan pemerintah Israel dihadapkan pada tantangan serius baik secara politik maupun ekonomi, sementara dunia terus menyaksikan perkembangan yang memilukan di Jalur Gaza.